Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah
bahan bakar dari sumber hayati. Bahan Bakar Nabati (BBN) berjenis biodiesel dan
bioetanol saat ini telah menjadi pilihan sumber energi pengganti minyak bumi.
Bahan bakar nabati (BBN) berperan penting dalam menganekaragamkan penggunaan
energi dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan ketahanan energi.
Indonesia adalah negara tropis, sehingga
hampir keseluruhan jenis tanaman penghasil minyak nabati dapat tumbuh dengan
cepat. Simulasi yang dilakukan Organization for Economic Co-Operation &
Development (OECD, 2006) juga mengungkapkan bila negara-negara maju konsisten
menggantikan 10% konsumsi bahan bakar fosil dengan BBN, maka perlu dilakukan
konversi lahan pertanian yang besar. Konversi lahan pertanian tersebut mustahil
dilakukan bagi negara maju karena akan mengganggu produksi pangan. Alternatif
yang mungkin ditempuh negara-negara maju adalah mengimpor bahan baku BBN.
Namun, sayangnya potensi Indonesia sebagai
produsen bahan bakar nabati (BBN) terbesar di dunia belum dioptimalkan dengan
baik. Hal ini diindikasikan dengan negara produsen terbesar biodiesel(BBN) saat
ini adalah Uni Eropa, sedangkan negara produsen bioetanol terbesar adalah
Amerika Serikat (Azahari,2008). Bahkan pengembangan BBN di Indonesia, khususnya
biodiesel dari kelapa sawit dinilai buruk karena menghasilkan energi yang lebih
rendah dan menyumbang emisi karbon secara tidak langsung melalui pembakaran
hutan dan konversi hutan untuk lahan tanam.
Hingga saat ini, kebutuhan energi Negara
Indonesia masih didominasi oleh minyak solar dan Premium dengan
mengesampingkan potensi yang lebih baik yaitu dengan Bioetanol/Biofuel dan
bahan bakar nabati lainnya. Padahal Negara Indonesia mempunyai potensi alam
yang sangat besar dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN). Potensi kekayaan
alam Indonesia sebagian besar terletak di kawasan timur terdiri atas: panjang
garis pantai >81.000 km, 17.508 pulau, luas laut 5,8 juta km²(3x luas
daratan), 37% spesies dunia, pusat keragaman tropis dunia (>70 % genus dari
karang, 18% terumbu karang dunia ada di Indonesia),30% hutan bakau dunia ada di
Indonesia, 90% hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil
laut dari pantai.
Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki
Indonesia, perlu adanya landasan tentang cara
pengembangandalam berbagai aspek diantaranya:
1. Riset
Bioteknologi
Riset bioteknologi yang gencar dapat
diketahui varietas unggul yang menghasilkan rendemen minyak dan produktivitas
tinggi, karakteristik hama, perlindungan, dan keekonomisan jenis tanaman
sebagai bahan baku BBN. Hal ini sejalan dengan pendapat James(2006) bahwa peran
bioteknologi modern juga diperlukan untuk menghadapi kerusakan lingkungan
sebagai akibat pola pertanian yang kurang tepat. Riset bioteknologi
pertama adalah identifikasi cara pengembangan alga sebagai bahan baku
biodiesel. Indonesia memiliki garis pantai tropis terpanjang di dunia sepanjang
> 81.000 km (Jakti, 2004). BBN bisa diproduksi dari budidaya cepat alga
mikro yang tumbuh di perairan tawar/asin.
Jenis riset kedua yang diperlukan adalah biobutanol sebagai generasi kedua BBN dengan bahan baku berupa bahan-bahan non pangan dan limbah seperti batang padi, jerami, kertas bekas, dan bagasse (batang tebu yang telah diperas).
Jenis riset kedua yang diperlukan adalah biobutanol sebagai generasi kedua BBN dengan bahan baku berupa bahan-bahan non pangan dan limbah seperti batang padi, jerami, kertas bekas, dan bagasse (batang tebu yang telah diperas).
2.
Infrastruktur
Dukungan infrastruktur penting
dibutuhkan karena biaya transaksi menjadi rendah. Dukungan infrastruktur
meliputi akses dari petani ke industri pengembangan BBN dan pasar. Dengan
demikian, pengembangan BBN yang lebih intensif akan berdampak pada kegairahan
pasar domestik dalam pengembangan BBN.
3.
Ekonomi
Indonesia perlu memberlakukan kebijakan
yang bertumpu pada permintaan dan penawaran dengan prioritas utama adalah
penciptaan pasar domestik. Artinya, menjaga ketersediaan pasokan di masa
mendatang adalah penting di samping tetap mendahulukan permintaan kebutuhan BBN
dari dalam negeri. Potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia dapat dioptimalkan
melalui diversifikasi sumber BBN melalui pencampuran (mixing) beberapa sumber
BBN mulai dari tanaman pangan, non pangan, dan limbah. Hal ini mengingat
kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan menjaga sisi keekonomisan BBN.
4.
Hukum
Dalam
rangka menjamin kepastian hukum, maka penegakan hukum secara konsisten dan
berkesinambungan mutlak diperlukan, khususnya pada beberapa sektor pendukung
pengembangan BBN. Adanya pengaturan baru, berupa insentif bagi SPBU sebagai
infrastruktur, fiskal berupa pengurangan pajak pada pemakaian kendaraan hemat
bahan bakar, dan industri terkait diperlukan. Selain itu, pengawasan terhadap
implementasi peraturan tentang Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) patut dipertahankan untuk menjaga kelestarian hutan.
5.
Sosial dan Edukasi
Sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat adalah komponen penting agar masyarakat beralih mengembangkan dan
menggunakan BBN serta dapat berpikir positif ramah lingkungan. Perubahan
paradigma bahwa pengembangan BBN bukan sekadar sebagai energi alternatif
melainkan sebagai solusi dan investasi penting untuk disosialisasikan.
Hal ini sejalan dengan Ernsting, dkk(2007) yang dikutip oleh Khudori(2008)
bahwa program pengembangan BBN skala kecil dengan sistem kontrol oleh komunitas
lokal berpotensi memberi manfaat kepada pedesaan dan menciptakan lapangan kerja
baru. Dengan demikian, untuk mewujudkan Indonesia sebagai Raja BBN Dunia namun
tetap menjamin kelestarian lingkungan, maka diperlukan dukungan sektor swasta,
lembaga riset, perguruan tinggi setempat termasuk konsumen yang berpartisipasi
penuh dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan.
Dengan adanya optimalisasi potensi Indonesia sebagai Produsen BBN
terbesar di dunia, peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan
peningkatan pendapatan nasional Indonesia pun semakin terbuka. Jadi,
peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia tentu menjadi kenyataan. Hal ini
tentu menjadi harapan kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar