Jumat, 26 April 2013

Posted by Unknown | File under :

Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar dari sumber hayati. Bahan Bakar Nabati (BBN) berjenis biodiesel dan bioetanol saat ini telah menjadi pilihan sumber energi pengganti minyak bumi. Bahan bakar nabati (BBN) berperan penting dalam menganekaragamkan penggunaan energi dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan ketahanan energi. 

Indonesia adalah negara tropis, sehingga hampir keseluruhan jenis tanaman penghasil minyak nabati dapat tumbuh dengan cepat. Simulasi yang dilakukan Organization for Economic Co-Operation & Development (OECD, 2006) juga mengungkapkan bila negara-negara maju konsisten menggantikan 10% konsumsi bahan bakar fosil dengan BBN, maka perlu dilakukan konversi lahan pertanian yang besar. Konversi lahan pertanian tersebut mustahil dilakukan bagi negara maju karena akan mengganggu produksi pangan. Alternatif yang mungkin ditempuh negara-negara maju adalah mengimpor bahan baku BBN. 
Namun, sayangnya potensi Indonesia sebagai produsen bahan bakar nabati (BBN) terbesar di dunia belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan negara produsen terbesar biodiesel(BBN) saat ini adalah Uni Eropa, sedangkan negara produsen bioetanol terbesar adalah Amerika Serikat (Azahari,2008). Bahkan pengembangan BBN di Indonesia, khususnya biodiesel dari kelapa sawit dinilai buruk karena menghasilkan energi yang lebih rendah dan menyumbang emisi karbon secara tidak langsung melalui pembakaran hutan dan konversi hutan untuk lahan tanam. 
Hingga saat ini, kebutuhan energi Negara Indonesia masih didominasi oleh minyak solar dan Premium  dengan mengesampingkan potensi yang lebih baik yaitu dengan Bioetanol/Biofuel dan bahan bakar nabati lainnya. Padahal Negara Indonesia mempunyai potensi alam yang sangat besar dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN). Potensi kekayaan alam Indonesia sebagian besar terletak di kawasan timur terdiri atas: panjang garis pantai >81.000 km, 17.508 pulau, luas laut 5,8 juta km²(3x luas daratan), 37% spesies dunia, pusat keragaman tropis dunia (>70 % genus dari karang, 18% terumbu karang dunia ada di Indonesia),30% hutan bakau dunia ada di Indonesia, 90% hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari pantai. 
Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, perlu adanya landasan tentang cara pengembangandalam berbagai aspek diantaranya:
1.      Riset Bioteknologi 
            Riset bioteknologi yang gencar dapat diketahui varietas unggul yang menghasilkan rendemen minyak dan produktivitas tinggi, karakteristik hama, perlindungan, dan keekonomisan jenis tanaman sebagai bahan baku BBN. Hal ini sejalan dengan pendapat James(2006) bahwa peran bioteknologi modern juga diperlukan untuk menghadapi kerusakan lingkungan sebagai akibat pola pertanian yang kurang tepat.  Riset bioteknologi pertama adalah identifikasi cara pengembangan alga sebagai bahan baku biodiesel. Indonesia memiliki garis pantai tropis terpanjang di dunia sepanjang > 81.000 km (Jakti, 2004). BBN bisa diproduksi dari budidaya cepat alga mikro yang tumbuh di perairan tawar/asin. 
Jenis riset kedua yang diperlukan adalah biobutanol sebagai generasi kedua BBN dengan bahan baku berupa bahan-bahan non pangan dan limbah seperti batang padi, jerami, kertas bekas, dan bagasse (batang tebu yang telah diperas). 
2.      Infrastruktur
            Dukungan infrastruktur penting dibutuhkan karena biaya transaksi menjadi rendah. Dukungan infrastruktur meliputi akses dari petani ke industri pengembangan BBN dan pasar. Dengan demikian, pengembangan BBN yang lebih intensif akan berdampak pada kegairahan pasar domestik dalam pengembangan BBN. 
3.      Ekonomi
      Indonesia perlu memberlakukan kebijakan yang bertumpu pada permintaan dan penawaran dengan prioritas utama adalah penciptaan pasar domestik. Artinya, menjaga ketersediaan pasokan di masa mendatang adalah penting di samping tetap mendahulukan permintaan kebutuhan BBN dari dalam negeri. Potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia dapat dioptimalkan melalui diversifikasi sumber BBN melalui pencampuran (mixing) beberapa sumber BBN mulai dari tanaman pangan, non pangan, dan limbah. Hal ini mengingat kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan menjaga sisi keekonomisan BBN. 
4.      Hukum
   Dalam rangka menjamin kepastian hukum, maka penegakan hukum secara konsisten dan berkesinambungan mutlak diperlukan, khususnya pada beberapa sektor pendukung pengembangan BBN. Adanya pengaturan baru, berupa insentif bagi SPBU sebagai infrastruktur, fiskal berupa pengurangan pajak pada pemakaian kendaraan hemat bahan bakar, dan industri terkait diperlukan. Selain itu, pengawasan terhadap implementasi peraturan tentang Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) patut dipertahankan untuk menjaga kelestarian hutan.

5.      Sosial dan Edukasi 
            Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat adalah komponen penting agar masyarakat beralih mengembangkan dan menggunakan BBN serta dapat berpikir positif ramah lingkungan. Perubahan paradigma bahwa pengembangan BBN bukan sekadar sebagai energi alternatif melainkan sebagai solusi dan investasi penting untuk disosialisasikan.  Hal ini sejalan dengan Ernsting, dkk(2007) yang dikutip oleh Khudori(2008) bahwa program pengembangan BBN skala kecil dengan sistem kontrol oleh komunitas lokal berpotensi memberi manfaat kepada pedesaan dan menciptakan lapangan kerja baru. Dengan demikian, untuk mewujudkan Indonesia sebagai Raja BBN Dunia namun tetap menjamin kelestarian lingkungan, maka diperlukan dukungan sektor swasta, lembaga riset, perguruan tinggi setempat termasuk konsumen yang berpartisipasi penuh dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan.

Dengan adanya optimalisasi potensi Indonesia sebagai Produsen BBN terbesar di dunia, peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan peningkatan pendapatan nasional Indonesia pun semakin terbuka. Jadi, peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia tentu menjadi kenyataan. Hal ini tentu menjadi harapan kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar