Jumat, 10 Mei 2013

Posted by Unknown | File under :


Satu dari empat wanita membesar-besarkan atau berbohong tentang hidup mereka di media sosial, setidaknya setiap satu bulan sekali. (REUTERS/Thomas Hodel)

Dewasa ini, Facebook atau Twitter telah menjadi media sosial yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sekadar berbagi status tentang aktivitas hingga mengunggah foto-foto liburan.
Namun, ternyata tak sedikit dari para pengguna media sosial, khususnya para wanita, yang melakukan rekayasa terhadap status mereka di Facebook atau Twitter.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap sekitar 2.000 wanita, terungkap bahwa satu dari empat wanita membesar-besarkan atau berbohong tentang hidup mereka di media sosial, setidaknya setiap satu bulan sekali.
Seperti dilansir dari laman Telegraph, kebohongan yang paling banyak dilakukan wanita adalah berpura-pura pergi keluar kota. Padahal, faktanya mereka tengah sendirian di rumah. Selain itu, wanita juga senang membumbui cerita tentang liburan eksotis atau pekerjaan mereka.
Sepertiga wanita mengaku tidak jujur di situs media sosial, seperti Facebook dan Twitterpada tahap tertentu. Kemudian hampir satu dari empat wanita mengaku berbohong atau melebih-lebihkan tentang aspek kunci kehidupan mereka, antara 1-3 kali sebulan. Adapun satu dari 10 wanita berbohong lebih dari satu kali seminggu.

Hasil penelitian juga mengungkap bahwa hampir 30 persen wanita berbohong tentang kegiatan mereka saat berada di rumah. Sementara satu dari lima wanita tidak jujur tentang kegiatan liburan atau pekerjaan mereka. Kemudian satu dari lima wanita berbohong tentang status hubungan.
Lantas apa yang membuat wanita kerap melakukan kebohongan tersebut di media sosial? Dari jajak pendapat OnePoll terungkap bahwa wanita berbohong karena khawatir hidup mereka terlihat membosankan di mata orang lain. Rasa cemburu terhadap orang lain yang mem-posting hal-hal menarik juga mendorong wanita ingin lebih mengesankan teman-teman mereka.

Psikolog menilai bahwa semakin orang berusaha terhubung di media sosial, mereka justru semakin terisolasi. Ia juga mengatakan, semakin orang membuat hidupnya terlihat sempurna maka semakin tidak sempurna perasaan orang tersebut.

"Kita berupaya keras menampilkan diri kita di dunia online, berpura-pura dan berusaha menjadi bahagia sepanjang waktu, yang mana hal tersebut melelahkan dan pada akhirnya tidak memuaskan," ujar psikolog terkemuka Inggris, Dr Michael Sinclair.

0 komentar:

Posting Komentar